Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah merambah ke berbagai bidang kehidupan manusia, tanpa terkecuali di bidang industri kreatif. Muncul pertanyaan, apakah kehadiran AI di industri kreatif sebagai solusi atau ancaman?
AI merupakan machine learning (mesin cerdas) yang mampu menjalankan tugas-tugas spesifik layaknya manusia. Untuk menghasilkan sebuah output, AI mengakses data dalam skala besar pada sistem komputer dan perangkat lunak (software) yang terkoneksi internet.
Penggunaan AI sudah banyak digunakan oleh perusahaan teknologi raksasa dunia, sebut saja Google yang menyematkan AI pada fitur asisten virtual Google atau Siri yang dirilis oleh Apple. Kehadiran AI dinilai mampu menghadirkan manfaat untuk memecahkan permasalahan dalam pekerjaan.
Di bidang industri kreatif, AI dapat menghasilkan konten berupa tulisan, caption, grafis, sampai desain visual. Dengan kemampuan belajar cepat (fast learning), AI akan merekomendasikan konten yang mampu menghasilkan engagement tinggi. Teknologi cerdas ini dapat membaca ratusan juta hingga milyaran data dari pengguna internet di seluruh dunia.
Berbeda dengan cara kerja manusia yang membutuhkan waktu berjam-jam, proses kerja AI jauh lebih cepat bahkan bisa dalam hitungan detik. Hanya dengan memberikan perintah khusus pada AI untuk sebuah pekerjaan, user hanya tinggal menunggu output yang direkomendasikan AI tanpa perlu repot-repot berpikir rumit.
AI Gantikan Pekerja Kreatif?
Dengan kecanggihan AI, kini muncul kekhawatiran teknologi akan menggantikan pekerja kreatif. Pasalnya, AI mampu menghasilkan luaran yang baik dengan efisiensi dan efektifitas waktu lebih baik dari manusia.
Meskipun demikian, teknologi tetaplah teknologi, hanya sebatas alat bantu pekerjaan manusia. Sedangkan konsep dan ide kreatif tetap berawal dari otak dan jiwa manusia.
Kreativitas manusia akan selalu dihargai dan karya-karya manusia tetap punya tempat di hati banyak orang. Karya yang dihasilkan pekerja kreatif sebenarnya adalah gabungan dari pengalaman, ide, renungan, emosi, dan pikiran.
Semua aspek ini tidak dimiliki AI yang notabene hanyalah alat buatan manusia. AI tidak mengenal emosi dan etika dalam membuat suatu konten. AI tidak bisa memahami keresahan manusia atau menemukan kegelisahan yang sedang dihadapi manusia. Di titik inilah, manusia memiliki kapasitas yang lebih besar daripada AI untuk berkarya.
Apa yang harus kita lakukan?
Satu hal yang perlu kita lakukan adalah terus mengembangkan kemampuan, potensi, dan imajinasi sebagai pekerja kreatif. Tanpa kehadiran AI pun, pekerja kreatif dituntut banyak mengeksplorasi ide-ide out of the box yang berdasarkan pada perkembangan tren dan kebutuhan industri kreatif.
Seorang pekerja kreatif harus terdorong Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan riset, keahlian mengembangkan ide, dan terus belajar. Berhenti belajar hanya akan membuatnya kesulitan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Pada akhirnya, pekerja kreatif bukan sekadar mencari kehidupan dari industri kreatif tetapi lebih dari itu. Pekerja kreatif adalah mereka yang terus hidup denga karyanya.
Mau baca artikel menarik lainnya? Langsung aja baca Dongkrak Bisnis Digital Kamu Lewat Pengelolaan Konten Video
Buat yang mau tau keseruan Integriti, langsung follow Instagram kita di @Integriti_ick